Pada zaman dahulu, para putri Keraton Yogyakarta mandi di pemandian khusus keluarga istana di pemandian Tamansari yang masih berdiri hingga kini. Apabila disana pemandian dibangun khusus untuk keluarga istana, maka beda hal nya dengan Kekaisaran Roma. Pada zaman kekaisaran Roma, pemandian umum tersebar di seluruh Eropa. Pemandian-pemandian tersebut difungsikan baik untuk keperluan militern maupun umum.
Bagi bangsa Romawi, mandi bukan hanya aktivitas membersihkan diri. Mandi juga berarti melakukan aktivitas sosial.
Kesimpulan ini didapat setelah mempelajari barang-barang peninggalan di sebelas pemandian umum peninggalan bangsa Roma di Italia, Portugal, Swiss, Jerman, dan Inggris. Kesemuanya berasal dari abad pertama dan keempat.
Sudut-sudut pemandian Romawi di kota Bath, Inggris
"Bagi bangsa Roma, mandi bukan hanya menjadi bersih. Tapi ini adalah pusat sosial besar di mana banyak aktivitas berlangsung," kata Alissa Whitmore, sebegai peneliti studi ini dan kandidat doktor arkeologi di University of Iowa, AS.
Pada zaman kekaisaran Roma, pemandian umum menjamur di penjuru Eropa. Pemandian ini difungsikan baik untuk penggunaan militer maupun sipil. Suhu airnya pun beragam, mulai dari air dingin hingga hangat. Dalam sisa reruntuhan pemandian itu, selain menemukan peralatan mandi, ditemukan juga perhiasan. Para arkeolog kerap menemukan jepit rambut, manik-manik, bros, liontin, dan permata terukir.
Menurut Whitmore, bangsa Roma menggunakan semua perhiasan ini ke dalam pemandian untuk mencegah pencurian. Tapi tidak menutup kemungkinan itu dilakukan sebagai ajang pamer.
"Ini merupakan tempat untuk melihat dan terlihat (oleh masyarakat). Masuk akal jika Anda harus melepaskan pakaian mahal, tapi Anda masih ingin menunjukkan status sosial dengan mengenakan perhiasaan mahal," ujar Whitmore.
Hasil penemuan Whitmore dilaporkan Sabtu (5/1) lalu dalam pertemuan tahunan institut arkeologi seluruh AS di Seattle.